Home » » Lima Langkah Mudah Menulis Puisi

Lima Langkah Mudah Menulis Puisi

Apresiasi | 18.53 | 0 komentar
LIMA LANGKAH MUDAH MENULIS PUISI


 Jika kamu dapat membayangkannya, maka kamu dapat mencapainya;
Jika kamu bisa memimpikannya, maka kamu bisa mewujudkannya.
(William Ward)



Pada bab sebelumnya Anda telah mempelajari beberapa teknik ekspresi dalam menulis puisi. Beberapa teknik itu dapat mempermudah para penulis (pemula) untuk memulai menulis puisi.
Pada hakikatnya penulis puisi (penyair) adalah seseorang yang berbicara kepada orang lain melalui puisi yang dihasilkannya. Dengan puisilah penyair berdialog, berbagi pengalaman dengan orang lain. Suminto A. Sayuti menjelaskan bahwa sesungguhnya puisi merupakan sarana pilihan penyair dalam membangun komunikasi dengan audiensnya. Dengan demikian penyair adalah orang yang mampu berbagi dengan orang lain dan berkesadaran penuh bahwa apa yang terjadi dalam kehidupannya bukanlah untuk dirinya sendiri tapi juga untuk orang lain. Di sinilah letak kelebihan seorang penyair dari yang lainnya yaitu mampu membangun komunikasi lewat larik-larik yang dituliskannya sehingga mampu menyapa, menegur, mengkritik, menasihati, menghimbau, menegakkan sesuatu yang dianggap benar, atau melakukan bentuk komunikasi lain sesuai dengan kebutuhannya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Intinya, menulis puisi memberikan kebebasan kepada penulisnya untuk berekspresi.
Aktivitas seperti itu memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk bebas berkreasi, bebas berekspresi kepada siapa saja dan tentang topik apa saja. Ini merupakan tantangan yang hampir setiap orang dapat mewujudkannya. Sebuah aktivitas yang mengasyikan! Oleh karena itu wujudkanlah impian menjadi penulis dan jadilah seorang penulis muda produktif!
Untuk mewujudkan hal di atas, berikut ini akan diuraikan proses kreatif yang dialami penulis dan berangkat dari pendapat William Miller seperti dikutip Jakob Sumardjo yang diimplementasikan dalam bentuk tahap-tahap sederhana dan sistematis seperti tampak paparan berikut:

1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan adalah langkah awal yang perlu dilakukan oleh setiap penulis untuk menemukan gagasan, ide, dan topik lain yang muncul karena adanya ketertarikan penulis terhadap masalah yang akan ditulisnya. Pada tahap ini penulis telah mengetahui objek apa yang akan dituliskannya.
Kemampuan untuk menemukan objek atau bahan yang akan dikembangkannya dalam tulisan berbentuk puisi dapat diperoleh melalui kepekaan perasaan, penghayatan terhadap pengalaman dan fenomena yang dialami dan tentu saja sensitivitas terhadap realitas yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. Sensitivitas itulah yang akhirnya mampu menggiring penulis untuk menemukan objek yang akan ditulisnya berupa permasalahan yang dianggap menarik dalam pandangan pribadinya, dan layak diangkat sebagai sebuah topik tulisan, misalnya: penulis dapat menemukan gagasan tentang masalah kepedulian lingkungan, harga diri, cinta, kematian, kesemrawutan negeri, atau ketimpangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, dan lain sebagainya. Oleh karena itu dalam tahap ini penulis berkesadaran penuh tentang apa (gagasan) yang akan ditulisnya, dan merancang bagaimana model pengembangan larik-larik puisinya.
2. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi adalah tahap yang berhubungan dengan suatu proses pemikiran penulis tentang gagasan yang telah diperolehnya. Pada tahap ini gagasan yang telah diperolehnya itu disimpannya, dan dimatangkan dalam pemikirannya. Jika beranalogi pada istilah biologi, inkubasi dapat berarti “proses penetasan telur”, inkubasi dapat diinterpretasikan sebagai masa tunas yang memerlukan pematangan agar mampu melahirkan hasil yang sesuai harapan.
Dalam konteks pematangan ini terjadi kontemplasi atau perenungan terhadap gagasan yang telah diperolehnya, sehingga dalam aktivitas keseharian yang dilakukan penulis dapat mewarnai pematangan gagasan tersebut, misalnya ketika istirahat, menunggui teman atau adik, menunggu antrian di tempat praktik dokter, menunggu hujan reda, atau aktivitas lain yang sudah menjadi bagian dari rutinitas kehidupan kita. Bisa jadi gagasan tersebut diperbarui, diberi sentuhan lain sehingga nuansa yang akan dikembangkannya nanti benar-benar hasil perenungan mendalam dan penulis berkeyakinan bahwa gagasan tersebut dapat menjadi sebuah objek yang “pas di hati” dan daya sugesti kata dalam larik-larik puisinya mampu melejitkan aura!

3. Tahap Inspirasi
Langkah ketiga adalah tahap inspirasi. Inspirasi itu sesuatu yang menggerakan hati untuk mencipta, untuk melahirkan sebuah karya.. Inspirasi ini dapat menjadi langkah awal dari proses kreatif penulis dalam melahirkan sebuah karya. Tahap ini berhubungan dengan pikiran (angan-angan) yang timbul dari hati dan mampu menggerakkan sensor pikiran kita untuk segera menuliskan bisikan hati (gagasan) tersebut. Ya, pada moment ini muncul desakan kuat untuk segera menulis yang tidak bisa ditunda lagi.
Beberapa pakar berpendapat bahwa tahap penting ini jangan sampai dibiarkan lewat tanpa makna. Mengapa? Sebab desakan kuat tersebut berhubungan dengan mood yang bagus, moment yang tepat, dan suasana yang mendukung proses terlahirnya sebuah karya kreatif. Jangan pernah kita lewatkan tahap penuh gairah ini.

4. Tahap Penulisan
Tahap ini adalah tahap melahirkan dan mengekspresikan semua gagasan yang sudah terkumpul dalam tahap-tahap sebelumnya. Secara eksplisit Jakob Sumardjo menegaskan bahwa jika saat inspirasi muncul maka segeralah lari ke meja tulis atau komputer atau segeralah ambil ballpoin dan segeralah menulis! Tuangkanlah gagasan yang telah ada, biarkan semua gagasan tersebut mengalir sederas mungkin dan termuntahkan dalam tulisan secara tuntas..
Yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah kita tidak perlu mengontrol tulisan. Jangan menilai tulisan pada tahap ini. Biarkan tulisan itu mengalir secara spontanitas menuruti gelora gairah yang muncul dan biarkan pula struktur tulisan itu terbentuk apa adanya dalam bentuk draft kasar.
Pada tahap penulisan ini perlu dijelaskan bahwa menulis puisi berbeda dengan menulis genre sastra yang lain. Menulis puisi perlu kecermatan dalam memilih dan mengolah kata-kata. Bahasa yang digunakan dalam puisi bersifat khas, memadu dan padat. Akan tetapi agar tidak mengganggu proses penciptaan sebuah karya (puisi) abaikan dahulu aturan-aturan yang akan memangkas kreativitas kita dalam menulis. Bebaskanlah jiwa dan hati kita dalam mengekspresikan berbagai objek tulisan dalam bentuk larik-larik yang “bebas”. Ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Chaedar Alwasilah bahwa puisi ditulis untuk menyapa perasaan.. Memaknainya bukan melalui terjemahan kata per kata , tetapi melalui pengerahan batiniah sehingga pembaca dibawa tenggelam hanyut ke dasar samudera pengalaman. Oleh karena itu biarkanlah larik-larik puisi yang kita tulis dalam tahap ini diekspresikan secara spontanitas menyapa khalayak sebagai wujud pengerahan batiniah kita dalam berbagi pengalaman tanpa terganggu oleh berbagai ikatan yang berkenaan dengan aturan teknis menulis puisi.
Bisakah Anda mengikuti langkah praktis ini? Mari, bergabunglah untuk menulis kreatif!

5. Tahap Revisi
Tahap ini merupakan kegiatan editing ( mengedit, menyunting). Editing adalah proses yang dilakukan oleh penulis untuk melakukan seleksi dan perbaikan atau koreksi terhadap apa yang telah diekspresikan dalam tahap penulisan. Penulis membaca kembali tulisan yang beberapa hari telah disimpannya.
Dalam tahap revisi ini diperlukan kecermatan penulis dalam menyempurnakan karya yang ditulisnya (puisi). Di sinilah kita melakukan evaluasi atau kontrol terhadap tulisan. Periksalah secara detail dengan kemampuan dan daya apresiasi yang kita miliki. Apakah kata-kata yang sudah dipilih telah secara tepat mewakili pesan sesuai dengan yang kita maksudkan? Apakah unsur estetis yang harus dibangun dalam puisi itu sudah terjelma ? Apakah tifografi yang kita rancang telah sesuai dengan objek yang kita ekspresikan? Atau mungkinkah kita belum memanfaatkan sarana retorika yang akan mempercantik kualitas puisi yang kita lahirkan? Adakah penggunaan simbol dan imaji dalam puisi kita? Apakah secara keseluruhan struktur puisi itu terbangun dengan komposisi yang harmonis? Apakah semua elemen dalam puisi telah terjalin secara padu dan kompak?
Beberapa pertanyaan yang diajukan dapat menjadi panduan dalam melakukan revisi hasil tulisan. Yang perlu diperhatikan pula adalah sentuhan akhir dari kepekaan kita untuk mengolah semua elemen tersebut agar menghasilkan puisi yang memenuhi unsur estetis dan bernilai.
Share artikel ini :

0 komentar:

Posting Komentar