Home » » KUMPULAN PUISI HARMONI

KUMPULAN PUISI HARMONI

Apresiasi | 20.08 | 0 komentar
BAGAIN II : CAKRAWALA HATI

MUNAJAH

Akhirnya
aku meyakini
dunia yang kita singgahi
dunia yang kita cintai
tak selamanya
dapat kita rengkuh

Butiran-butiran debu
tiupan-tiupan badai
riak-riak gelombang
pongahnya angkara dan
serpihan bencana
sisakan lorong-lorong kisah
di antara kedamaian yang kita puja

Ya Robbi…
hadirkan cahaya-cahaya
tuk penerang hati kita

Ya Robbi…
kokohkan dinding-dinding
tuk menyangga cinta kita
atas kuasa-Mu
atas karunia-Mu
atas keagungan-Mu





SANG PENGEMBARA


Aku tlah jelajahi
dunia dengan ribuan kemilau
aku telah telusuri
gunung-gunung terjal, lembah-lembah
dan rimba belantara
aku tlah berkelana
arungi samudera kehidupan

Pengembaraan yang kujalani
tak jua menerjemahkan misteri
sepotong hati yang kerontang
rindukan telaga warna

Sebongkah harap berkilap
di antara kabut-kabut pekat
di antara malam-malam gelap
di antara semak-semak pengikat

Aku berlari mengejar pelabuhan
tuk mencari jejak langkah
menuju satu noktah
namun bayangmu tak kutemukan
di manakah cahaya-Mu ?
SONATHA DI UJUNG SENJA

Putaran waktu
terus bergulir
berlari begitu cepat
melesat…
menembus kehidupan

Di ujung senja
kujalin alur harmoni
yang terbingkai
dari puing-puing cerita
yang terserak di panggung kehidupan

Dalam renungan kalbu
berikan aku waktu
tebarkan nafas rindu
ciptakan melodi merdu
menuju keridloan-Mu

Kucari jalan rahmat
penerang jiwa
penebus dosa
penuntun jalan
damai mengejar jejak-Mu


CATATAN SEPANJANG SENJA

Tatkala senja makin memerah
membayang…
drama langkah kepak sayap penuh gairah
menghalau lepas pena yang resah
agar tak lagi mengukir rasa gelisah

Skenario perjalanan sepanjang nafas kehidupan
mengalir …
membayangi langkah yang dilalui
sepasang merpati yang tak ragu lagi
menyongsong layung-layung petang

“ Mungkinkah senja ini membuat kita tetap setia ?”
“ Mungkinkah merah senja menuntun kita tetap sumarah ?”
“ Mungkinkah layung-layung itu membuat kita tertawan?”

Sepasang merpati
mengharap keabadian
pada bayang sinar yang memerah…

Sepasang merpati
menyongsong lepas senja
mengejar lentera malam…

Sepasang merpati
tak pernah ingkar janji
setia menuju jalan-Mu…



SEBUAH PELAYARAN

Kita sedang berlayar
telah kutetapkan kau sebagai nakhoda
rumah adalah kapal
bagian yang bocor kita tambal

Kita akan terus berlayar
bekal telah disiapkan
anak-anak jangan ketinggalan
aku tak ingin kehilangan
bukankah Nuh telah memberi pelajaran

Kita akan terus berlayar
mengembara dari pulau ke pulau
singgah di bandar-bandar

Angin melajukan kapal
usah panik bila badai menghantam
atau karang menghadang
atau cuaca tak nyaman

Layar agung dibentangkan
haluan diluruskan
menuju dermaga milik-Nya
YA RABBI, KAPAN AKU SIAP

Ya Rabbi, kapan aku siap
menjalani perih
tanpa sedih

Ya Rabbi, kapan aku siap
berjalan di atas luka
tanpa keluh kesah

Ya Rabbi, kapan aku siap
meniti hari-hari
pada sirath yang Kau ridhai
kapan aku siap
menempuh seluruh petunjuk
tanpa tawar menawar
tanpa banyak alasan

Kapan pula aku siap
datang pada-Mu, bila Kau memanggilku
dengan keihklasan
dan bekal yang kutuai dari ladang amal

Ya, Rabbi !
ampuni ketidaksiapanku



MESJID PINGGIR JALAN

Mari singgah, wahai raga yang lelah
mengikuti matahari seharian
adalah penat tak bisa dibantah

Mampirlah , wahai jiwa yang penat
akan kusuguhi kau dengan segelas kesegaran
akan kujamu kau dengan rasa tentram

Tempelkan keningmu pada sajadah
dalam sujudmu yang khusu
risau itu
galau itu
menguap dan hilang dari kalbu

Singgahlah
mampirlah
serahkan segalanya
pada pemilik sah


KIDUNG SENJA

Mengenang perjalanan
laksana memintal kelam kehidupan
yang teramati saat bias cahaya
tertatih menelusuri lorong di sela semak melingkar

Mengenang perjalanan
laksana alunan nafas yang berdendang
melagukan kidung kearifan nurani
mentafakuri kealfaan yang kian menebal
dalam mengejar asa yang tak jua menjelma

Mengenang perjalanan
laksana angin senja
bertiup nakal mencumbu helai rambut
yang tergerai bisu di bahu gemulai
menerawang keteduhan yang kian menjauh

Mengenang perjalanan
laksana memajang potret diri
dalam figura…
makin nyata kekerdilanku
makin jauh kesempurnaanku
makin dekat kuasa-Mu
merajai raga yang telah lama
menepi di batas jelaga


SEBUAH PENANTIAN


Bersandar di balai rumahku ...
kutatap deretan pot bunga kamboja
hiasi pinggiran kolam kecil
yang tak pernah letih melagukan
romansa rincik air
alirkan pancuran mungil
memantul genit di atas bunga teratai

Dalam penantian sore itu
kupandangi ratusan mujair merah
menari-nari dan berdansa di kolam hiasku
kibaskan ekornya yang sexy
berebut menyambut tetesan air
meronta lepaskan rasa dahaga

Kupandangi kembali kelopak bunga-bunga kamboja
yang merekah mera
merona dalam terik mentari
membalut pusaran siang yang kerontang

Bersandar di balai sore itu
menyulam hakikat hidup
merenda kerelaan
tuk syukuri rahmat-Mu
seperti bunga kamboja
yang tak pernah mengeluh
tawakal dalam kemarau panjang


Ya Allah ...
jadikan aku hamba yang bersyukur
atas nikmat dan karunia-Mu
adakah petunjuk setia menuju jalan-Mu?
Share artikel ini :

0 komentar:

Posting Komentar