MUNAJAH
Akhirnya
aku meyakini
dunia yang kita singgahi
dunia yang kita cintai
tak selamanya
dapat kita rengkuh
Butiran-butiran debu
tiupan-tiupan badai
riak-riak gelombang
pongahnya angkara dan
serpihan bencana
sisakan lorong-lorong kisah
di antara kedamaian yang kita puja
Ya Robbi…
hadirkan cahaya-cahaya
tuk penerang hati kita
Ya Robbi…
kokohkan dinding-dinding
tuk menyangga cinta kita
atas kuasa-Mu
atas karunia-Mu
atas keagungan-Mu
SANG PENGEMBARA
Aku tlah jelajahi
dunia dengan ribuan kemilau
aku telah telusuri
gunung-gunung terjal, lembah-lembah
dan rimba belantara
aku tlah berkelana
arungi samudera kehidupan
Pengembaraan yang kujalani
tak jua menerjemahkan misteri
sepotong hati yang kerontang
rindukan telaga warna
Sebongkah harap berkilap
di antara kabut-kabut pekat
di antara malam-malam gelap
di antara semak-semak pengikat
Aku berlari mengejar pelabuhan
tuk mencari jejak langkah
menuju satu noktah
namun bayangmu tak kutemukan
di manakah cahaya-Mu ?
SONATHA DI UJUNG SENJA
Putaran waktu
terus bergulir
berlari begitu cepat
melesat…
menembus kehidupan
Di ujung senja
kujalin alur harmoni
yang terbingkai
dari puing-puing cerita
yang terserak di panggung kehidupan
Dalam renungan kalbu
berikan aku waktu
tebarkan nafas rindu
ciptakan melodi merdu
menuju keridloan-Mu
Kucari jalan rahmat
penerang jiwa
penebus dosa
penuntun jalan
damai mengejar jejak-Mu
CATATAN SEPANJANG SENJA
Tatkala senja makin memerah
membayang…
drama langkah kepak sayap penuh gairah
menghalau lepas pena yang resah
agar tak lagi mengukir rasa gelisah
Skenario perjalanan sepanjang nafas kehidupan
mengalir …
membayangi langkah yang dilalui
sepasang merpati yang tak ragu lagi
menyongsong layung-layung petang
“ Mungkinkah senja ini membuat kita tetap setia ?”
“ Mungkinkah merah senja menuntun kita tetap sumarah ?”
“ Mungkinkah layung-layung itu membuat kita tertawan?”
Sepasang merpati
mengharap keabadian
pada bayang sinar yang memerah…
Sepasang merpati
menyongsong lepas senja
mengejar lentera malam…
Sepasang merpati
tak pernah ingkar janji
setia menuju jalan-Mu…
SEBUAH PELAYARAN
Kita sedang berlayar
telah kutetapkan kau sebagai nakhoda
rumah adalah kapal
bagian yang bocor kita tambal
Kita akan terus berlayar
bekal telah disiapkan
anak-anak jangan ketinggalan
aku tak ingin kehilangan
bukankah Nuh telah memberi pelajaran
Kita akan terus berlayar
mengembara dari pulau ke pulau
singgah di bandar-bandar
Angin melajukan kapal
usah panik bila badai menghantam
atau karang menghadang
atau cuaca tak nyaman
Layar agung dibentangkan
haluan diluruskan
menuju dermaga milik-Nya
YA RABBI, KAPAN AKU SIAP
Ya Rabbi, kapan aku siap
menjalani perih
tanpa sedih
Ya Rabbi, kapan aku siap
berjalan di atas luka
tanpa keluh kesah
Ya Rabbi, kapan aku siap
meniti hari-hari
pada sirath yang Kau ridhai
kapan aku siap
menempuh seluruh petunjuk
tanpa tawar menawar
tanpa banyak alasan
Kapan pula aku siap
datang pada-Mu, bila Kau memanggilku
dengan keihklasan
dan bekal yang kutuai dari ladang amal
Ya, Rabbi !
ampuni ketidaksiapanku
MESJID PINGGIR JALAN
Mari singgah, wahai raga yang lelah
mengikuti matahari seharian
adalah penat tak bisa dibantah
Mampirlah , wahai jiwa yang penat
akan kusuguhi kau dengan segelas kesegaran
akan kujamu kau dengan rasa tentram
Tempelkan keningmu pada sajadah
dalam sujudmu yang khusu
risau itu
galau itu
menguap dan hilang dari kalbu
Singgahlah
mampirlah
serahkan segalanya
pada pemilik sah
KIDUNG SENJA
Mengenang perjalanan
laksana memintal kelam kehidupan
yang teramati saat bias cahaya
tertatih menelusuri lorong di sela semak melingkar
Mengenang perjalanan
laksana alunan nafas yang berdendang
melagukan kidung kearifan nurani
mentafakuri kealfaan yang kian menebal
dalam mengejar asa yang tak jua menjelma
Mengenang perjalanan
laksana angin senja
bertiup nakal mencumbu helai rambut
yang tergerai bisu di bahu gemulai
menerawang keteduhan yang kian menjauh
Mengenang perjalanan
laksana memajang potret diri
dalam figura…
makin nyata kekerdilanku
makin jauh kesempurnaanku
makin dekat kuasa-Mu
merajai raga yang telah lama
menepi di batas jelaga
SEBUAH PENANTIAN
Bersandar di balai rumahku ...
kutatap deretan pot bunga kamboja
hiasi pinggiran kolam kecil
yang tak pernah letih melagukan
romansa rincik air
alirkan pancuran mungil
memantul genit di atas bunga teratai
Dalam penantian sore itu
kupandangi ratusan mujair merah
menari-nari dan berdansa di kolam hiasku
kibaskan ekornya yang sexy
berebut menyambut tetesan air
meronta lepaskan rasa dahaga
Kupandangi kembali kelopak bunga-bunga kamboja
yang merekah mera
merona dalam terik mentari
membalut pusaran siang yang kerontang
Bersandar di balai sore itu
menyulam hakikat hidup
merenda kerelaan
tuk syukuri rahmat-Mu
seperti bunga kamboja
yang tak pernah mengeluh
tawakal dalam kemarau panjang
Ya Allah ...
jadikan aku hamba yang bersyukur
atas nikmat dan karunia-Mu
adakah petunjuk setia menuju jalan-Mu?
0 komentar:
Posting Komentar