SELAMATKAN BUMIKU
Bumiku adalah negeri dengan sejuta
permata
Bumiku adalah negeri dengan ribuan
keteduhan daun-daun
Bumiku adalah samudera dengan gelora
membara
Bumiku adalah kilau emas
di tanah persada
Pesona surgawi di tanah khatulistiwa
Generasiku,
Lihatlah tunas-tunas itu
Tancapkan tonggak
Jalinkan benang-benang pemikat
Buatkan jala kepedulian
Bingkaikan perisai keselamatan
Buktikan cinta tanah kelahiran
Generasiku
Lestarikan keteduhan bangsaku
Selamatkan Bumiku
Selamatkan Indonesiaku !
GERSANG
Ketika tangan-tangan tak lagi
bersahabat
Mungkin tak mungkin lagi
kita melihat
kristal di ujung-ujung daun
menyambut rona-rona embun
ternyata bumi tercinta
sesak penuh hamparan
sisakan tanah dan ladang gersang
dan tlah buat kita meradang
Bumiku malang…
Bumiku gersang…
YANG BERSEMI DI KEBUN TEH
Di puncak pagi itu
dua pasang mata menerawang
berkelana dalam bentang panorama kebun teh
melayap menikmati gundukan rumpun daun-daun
di puncak pagi itu
sinar mentari tersenyum mesra
menebarkan kehangatan abadi
dan bersemi di antara dua hati
yang meretas jalan pelestarian
wujud cintai lingkungan
di puncak pagi itu
tetes air yang bergelayut di pucuk-pucuk daun
menawarkan kesegaran
menjanjikan kedamaian
melagukan keteduhan
memanjakan cinta yang melompat-lompat
di dasar palung hati dua insan
di puncak pagi itu
alam yang hijau semaikan benih
tumbuh dan bersemi
dalam raga cintai tanah kehidupan
di puncak pagi itu
hamparan pesona memikat mata
Ya…pagi itu
nuansa hijau manjakan tanah persada
…
hijau itu indah
hijau itu sejuk
hijau itu surga
menuju keselamatan khatulistiwam
PADA BENING MATA AIR
Sisa embun tadi pagi
mengingatkanku pada catatan masa kecil
catatan dengan lembaran-lembaran kenangan
yang tertulis dengan warna tinta terang
menorehkan kilas balik cerita
masa silam yang tlah lama tak kukenang
Terpikatlah aku
pada tanah kelahiran
tanah dengan kilau pesona
di antara gemericik suara air
di antara telaga-telaga bening
janjikan mata air
sejukkan suasana
Pada bening mata air
Kuterawang rindu
Pada bening mata air
Kau janjikan damai di hatiku
NYANYIAN LADANG
Pagi tadi
saat mentari tersenyum pancarkan
sinar hangatnya
seonggok kisah
terselip di antara gundukan ladang
Aku melihat
aura itu terpancar
dari wajah-wajah yang semakin tua
tangan-tangan yang kejam
adalah potret sosok keperkasaan
SIMFONI
Dengan kaki telanjang
kau telusuri jalan pematang
di antara hijau daun-daun
di antara jamrut berbalut embun
Tanah ladang harapan
sawah-sawah penerang masa depan
adalah mutiara
bak pelipur lara
di wajah yang renta
Ayah…
setiap langkahmu adalah teladan
jejak ceritamu torehkan sejarah
buatkan harmoni di ujung waktu
simfoni kehidupan untuk anakmu
RUMAH BURUNG
Pohon mangga itu
rimbun bertahun-tahun
dalam kilau embun dan bayang-bayang
Pohon mangga itu
gagah mencengkram tanah
dalam paparan siang
burung-burung membawa rerumputan
sibuk membangun sarang
rumah bagi peradaban
Pohon mangga itu
tolong jangan ditebang
karena itu berarti penggusuran
ANGIN SUBUH
Menghembuskan sejuk
dalam keheningan maknawi
titik pemberangkatan
bagi sebuah perjalanan
ada kejora mengerdipkan sinyal
sebuah keberanian
yang telah lama dibekap malam
kita mesti pergi
bersama matahari
Angin subuh
menghembuskan wangi bumi
paling suci
mari cepat berkemas
menjemput rahmat
dan arti sebuah hakikat
CIPANAS PAGI-PAGI
Mewangi bersama semilir angin
dalam aroma subuh, aroma seledri berbaur
dengan hijau segar sayuran bertemu embun
senyum petani menguak pagi
mendendangkan harap di lembaran saosin
kegembiraan mekar seperti bunga kol
hati sumringah seranum buah tomat
tembang lamat-lamat
terhisap nafas sepenuh jiwa
doaku petani makmur senantiasa
negeri ini milik sendiri
kekayaan jangan dibawa orang lari
PANTAI BOJONG SALAWE
Angin telah kehilangan desir
karena pohon pandan tak ada lagi di pesisir
tinggal pasir-pasir beterbangan
udara panas memabukkan
hanya tambak-tambak udang
yang setia menyimpan serpihan kenangan
Aku tak lagi punya nyali
Berperahu menuju Nusawiru
mengintip ikan berenang di air payau
bercanda di antara pohon bakau
dan masih adakah ikan sumbilang
diberikan nelayan berdada telanjang
yang pantang menyerah menyulam kisah di lautan
walau terjangan ombak
kadang menghalangi jalan kembali ke daratan
Margacinta, Desember 2009