DONGENG TENTANG LEBAH
Malam larut menuju kesunyian
seorang anak lelap dengan senyuman
dininabobokan nyanyian
pengantar tidur mengasyikkan
Adalah dongeng tentang lebah
jauhkan rasa gelisah
terlena cerita sang bunda
warnai mimpi fantasi ananda
Dengarlah…
sarang lebah begitu unik
heksagonal segi enam begitu menarik
Dengarlah…
di mana pun ia hinggap
tak pernah ia mematahkan ranting
tak pernah ia buat kerusakan
Di mana pun ia buat sarang
Ia akan meninggalkan madu
Sayang…
jadilah anak kebanggaan
memberikan manfaat bagi lingkungan
BINTANG
Kepada Audi dan Gita
Kilau matamu adalah bintang
berkilap menembus emas
cahaya pendar terang benderang
selaksa makna walau tanpa kata
Di setiap ujung penantian
langkah kakimu adalah harapan
Senyummu adalah air telaga
tawarkan lepas dahaga
yang meronta-ronta
Sosokmu adalah buah cinta
yang menjadi
bintang dalam hatiku
bintang dalam jantungku
bintang dalam kehidupanku
SIMFONI OMBAK
Mentafakuri ombak adalah mentafakuri kesetiaan
selalu ia merenda pantai
menyulam kemahaan
Merenungi ombak adalah merenungi kasih sayang
selalu ia menciumi pasir
bersendagurau mengembalikan masa kecil
Menghayati ombak adalah menghayati keheningan
waktu tafakur seluruh debur
merenung seluruh gemuruh
melafal hamdalah lidah ombak
Kesetiaan
ketakingkaran
atas janji yang diucapkan
MALAM TERMINAL
Datang dan pergi
berganti dari hari ke hari
melepas rindu
sementara waktu
jangan terbetik
rasa ingin memiliki
akasia dan
saksi bisu hati pilu
yang dirindu hanya singgah
lalu berlalu
DONGENG PURBARARANG
Yang kutahu, Purbararang tak pernah senang
bila Purbasari tersenyum girang
tak rela rambutnya kalah panjang
dan kekasihnya kalah tampan
Yang aku tahu, Purbararang selalu ingin menang
siapa jadi penghalang mesti ditendang
bulan mesti dalam genggaman
Yang kutahu, Purbararang tak pernah tenang
mereka-reka rencana celaka
untuk cita-cita jumawa
Yang aku tahu pula, Purbararang selalu jadi pecundang
gelegak ambisi hanya jelagakan hati nurani
tak pernah tenang
tak pernah senang
tak pernah menang
DALAM HUJAN
Menembus belantara air
Menjalani hati miris saat bumi kuyup
Tuhan, hujan ini limpahan berkah
Mengapa hatiku begitu senyap?
BATUKARAS SIANG ITU
Matahari tak berkedip
menatap dari langit
aku, engkau, dan anak-anak kita
mengeja gelombang
menghayati pasir
dalam gemuruh waktu
ketika kita terjelma jadi anak-anak
yang riang memunguti kerang
atau pecahan batu karang
berserakan
Laut membuat kita berlutut
lengkung langit lengkung laut
terpagut
Layar sampan berkibar
merambah kemahaan
ah, kita juga akan berlayar
melanjutkan perjalanan
LIMA JURUS SAKTI
Jurus satu :
Jika kamu ingin meraih prestasi
Tanamkan prinsip diri
Apa yang kamu lakukan hari ini?
Lebih baik dari kemarin hari
Jurus dua :
Jika kamu ingin menjadi anak berbakti
Kedua orang tua harus kamu hormati
Janjikan padanya akhlak terpuji
Sampai akhir hayat nanti
Juru tiga :
Jika kamu ingin memikat idola hati
Bawakan bingkisan cantik bertali
Dengan renda dan pita cinta sepenuh hati
Hantarkan dengan panah asmara tepat di jantung hati
Jurus empat :
Jika kamu mengalami patah hati
Tetaplah berserah diri
Lakukanlah introspeksi
Bila perlu rekreasi dan cari inspirasi
Jurus lima :
Jika kamu kurang percaya diri
Kuasai empat jurus sakti
Gabungkan sebagai perisai diri
Wujudkan pede kokoh berdiri
LENTERA
Sebuah lentera
tergantung di ujung tiang rumah bambu
yang tertambat di antara pohon-pohon bakau
bias cahayanya memantul di pinggir sungai
mengalirkan riak gelombang
mengiringi lantunan pupuh kinanti
mengantarkan sang buah hati ke alam mimpi
Semilir angin malam
setia mengikat suasana temaram
temani seseorang
larut dengan penantian kelam
menanti lelaki pujaan
temani bisu malam
Dalam penantian malam
sang buah hati telah tiba di negeri mimpi
bersorak mengejar bintang di langit tinggi
menari-nari bak seorang puteri
Sang buah hati menjadi puteri di langit tinggi
di antara terang cahaya bintang
sebuah asa berdetak kencang
“Aku ingin menjadi lentera
yang dapat terangi hati Emak”
”Aku ingin menjadi lentera
mutiara berharga pengganti Bapak”
Sebuah lentera...
tetap tergantung di ujung tiang rumah bambu
dalam penantian pilu
di malam-malam sendu
merangkai cerita kelabu
di kaki langit yang tak lagi biru
SEBUAH AMANAT
Hari ini ...
mentari pagi menyemaikan gelora
di antara deretan baris putih abu
Memperingati hari pendidikan
adalah mengenang tonggak sejarah
yang dibangun dengan pilar-pilar perjuangan
mengokohkan semangat wujudkan peradaban
Upacara pagi ini adalah sebuah momentum
buah perjuangan para perintis
yang bertekad lahirkan putera puteri negeri
harumkan bumi pertiwi dengan bakti terpuji
Anak-anakku,
jalan yang ditempuh masih panjang
jangan pernah berhenti kobarkan semangat berjuang
jangan pernah lelah membangun prakarsa gemilang
agar prasasti persada mencatat langkah cemerlang
Anak-anakku,
jalan yang kau tempuh penuh tantangan
jadikan nasihat sebagai pedoman
menuju harapan masa depan
wujudkan cita-cita dalam genggaman
Sikuraja, Mei 2009
RENUNGAN AKHIR TAHUN
Buku harian telah habis halaman
bertulis kisah setahun perjalanan
pena peristiwa mencatat rentetan kejadian
dari subuh berembun hingga di kekelaman malam
Untaian masa bagai jantera
berputar cepat, berpusing hari demi hari
langkah-langkah telah tertinggal
cerita-cerita telah terlupakan
Diari telah kehabisan hari
tapi masih ada kisah belum tertuliskan
masih ada kata belum terucapkan
atau, banyak percakapan sempat terlahirkan
tapi tanpa makna tersampaikan
dan tapak-tapak hanyalah jejak
tampak sesaat kemudian hilang
Satu episode perjalanan sampai di batas
apakah hikmah bisa menetas
buruk rupa cermin jangan dibelah
terantuk batu tersandung batu
janganlah jalan dipersalahkan
Margacinta, Desember 2008
0 komentar:
Posting Komentar