Home » » KUMPULAN PUISI HARMONI

KUMPULAN PUISI HARMONI

Apresiasi | 20.06 | 0 komentar
BAGIAN III : CAKRAWALA KEHIDUPAN


DONGENG TENTANG LEBAH

Malam larut menuju kesunyian

seorang anak lelap dengan senyuman

dininabobokan nyanyian

pengantar tidur mengasyikkan

Adalah dongeng tentang lebah

jauhkan rasa gelisah

terlena cerita sang bunda

warnai mimpi fantasi ananda

Dengarlah…

sarang lebah begitu unik

heksagonal segi enam begitu menarik

Dengarlah…

di mana pun ia hinggap

tak pernah ia mematahkan ranting

tak pernah ia buat kerusakan

Di mana pun ia buat sarang

Ia akan meninggalkan madu

Sayang…

jadilah anak kebanggaan

memberikan manfaat bagi lingkungan

BINTANG

Kepada Audi dan Gita

Kilau matamu adalah bintang

berkilap menembus emas

cahaya pendar terang benderang

selaksa makna walau tanpa kata

Di setiap ujung penantian

langkah kakimu adalah harapan

Senyummu adalah air telaga

tawarkan lepas dahaga

yang meronta-ronta

Sosokmu adalah buah cinta

yang menjadi

bintang dalam hatiku

bintang dalam jantungku

bintang dalam kehidupanku

SIMFONI OMBAK

Mentafakuri ombak adalah mentafakuri kesetiaan

selalu ia merenda pantai

menyulam kemahaan

Merenungi ombak adalah merenungi kasih sayang

selalu ia menciumi pasir

bersendagurau mengembalikan masa kecil

Menghayati ombak adalah menghayati keheningan

waktu tafakur seluruh debur

merenung seluruh gemuruh

melafal hamdalah lidah ombak

Kesetiaan

ketakingkaran

atas janji yang diucapkan

MALAM TERMINAL

Datang dan pergi

berganti dari hari ke hari

melepas rindu

sementara waktu

jangan terbetik

rasa ingin memiliki

akasia dan paris

saksi bisu hati pilu

yang dirindu hanya singgah

lalu berlalu

DONGENG PURBARARANG

Yang kutahu, Purbararang tak pernah senang

bila Purbasari tersenyum girang

tak rela rambutnya kalah panjang

dan kekasihnya kalah tampan

Yang aku tahu, Purbararang selalu ingin menang

siapa jadi penghalang mesti ditendang

bulan mesti dalam genggaman

Yang kutahu, Purbararang tak pernah tenang

mereka-reka rencana celaka

untuk cita-cita jumawa

Yang aku tahu pula, Purbararang selalu jadi pecundang

gelegak ambisi hanya jelagakan hati nurani

tak pernah tenang

tak pernah senang

tak pernah menang

DALAM HUJAN

Menembus belantara air

Menjalani hati miris saat bumi kuyup

Tuhan, hujan ini limpahan berkah

Mengapa hatiku begitu senyap?

BATUKARAS SIANG ITU

Matahari tak berkedip

menatap dari langit

aku, engkau, dan anak-anak kita

mengeja gelombang

menghayati pasir

Ada sebuah masa yang larut

dalam gemuruh waktu

ketika kita terjelma jadi anak-anak

yang riang memunguti kerang

atau pecahan batu karang

berserakan

Laut membuat kita berlutut

lengkung langit lengkung laut

terpagut

Layar sampan berkibar

merambah kemahaan

ah, kita juga akan berlayar

melanjutkan perjalanan

LIMA JURUS SAKTI

Jurus satu :

Jika kamu ingin meraih prestasi

Tanamkan prinsip diri

Apa yang kamu lakukan hari ini?

Lebih baik dari kemarin hari

Jurus dua :

Jika kamu ingin menjadi anak berbakti

Kedua orang tua harus kamu hormati

Janjikan padanya akhlak terpuji

Sampai akhir hayat nanti

Juru tiga :

Jika kamu ingin memikat idola hati

Bawakan bingkisan cantik bertali

Dengan renda dan pita cinta sepenuh hati

Hantarkan dengan panah asmara tepat di jantung hati

Jurus empat :

Jika kamu mengalami patah hati

Tetaplah berserah diri

Lakukanlah introspeksi

Bila perlu rekreasi dan cari inspirasi

Jurus lima :

Jika kamu kurang percaya diri

Kuasai empat jurus sakti

Gabungkan sebagai perisai diri

Wujudkan pede kokoh berdiri

LENTERA

Sebuah lentera

tergantung di ujung tiang rumah bambu

yang tertambat di antara pohon-pohon bakau

bias cahayanya memantul di pinggir sungai

mengalirkan riak gelombang

mengiringi lantunan pupuh kinanti

mengantarkan sang buah hati ke alam mimpi

Semilir angin malam

setia mengikat suasana temaram

temani seseorang

larut dengan penantian kelam

menanti lelaki pujaan

temani bisu malam

Dalam penantian malam

sang buah hati telah tiba di negeri mimpi

bersorak mengejar bintang di langit tinggi

menari-nari bak seorang puteri

Sang buah hati menjadi puteri di langit tinggi

di antara terang cahaya bintang

sebuah asa berdetak kencang

“Aku ingin menjadi lentera

yang dapat terangi hati Emak”

”Aku ingin menjadi lentera

mutiara berharga pengganti Bapak”

Sebuah lentera...

tetap tergantung di ujung tiang rumah bambu

dalam penantian pilu

di malam-malam sendu

merangkai cerita kelabu

di kaki langit yang tak lagi biru

SEBUAH AMANAT

Hari ini ...

mentari pagi menyemaikan gelora

di antara deretan baris putih abu

Memperingati hari pendidikan

adalah mengenang tonggak sejarah

yang dibangun dengan pilar-pilar perjuangan

mengokohkan semangat wujudkan peradaban

Upacara pagi ini adalah sebuah momentum

buah perjuangan para perintis

yang bertekad lahirkan putera puteri negeri

harumkan bumi pertiwi dengan bakti terpuji

Anak-anakku,

jalan yang ditempuh masih panjang

jangan pernah berhenti kobarkan semangat berjuang

jangan pernah lelah membangun prakarsa gemilang

agar prasasti persada mencatat langkah cemerlang

Anak-anakku,

jalan yang kau tempuh penuh tantangan

jadikan nasihat sebagai pedoman

menuju harapan masa depan

wujudkan cita-cita dalam genggaman

Sikuraja, Mei 2009

RENUNGAN AKHIR TAHUN

Buku harian telah habis halaman

bertulis kisah setahun perjalanan

pena peristiwa mencatat rentetan kejadian

dari subuh berembun hingga di kekelaman malam

Untaian masa bagai jantera

berputar cepat, berpusing hari demi hari

langkah-langkah telah tertinggal

cerita-cerita telah terlupakan

Diari telah kehabisan hari

tapi masih ada kisah belum tertuliskan

masih ada kata belum terucapkan

atau, banyak percakapan sempat terlahirkan

tapi tanpa makna tersampaikan

dan tapak-tapak hanyalah jejak

tampak sesaat kemudian hilang

Satu episode perjalanan sampai di batas

apakah hikmah bisa menetas

buruk rupa cermin jangan dibelah

terantuk batu tersandung batu

janganlah jalan dipersalahkan

Margacinta, Desember 2008



Share artikel ini :

0 komentar:

Posting Komentar